Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Panduan Memulai Investasi Saham untuk Pemula

 

Panduan Memulai Investasi Saham untuk Pemula

Investasi saham sekilas terlihat sulit. Namun, hal yang perlu digaris-bawahi bahwa investasi saham tidak sesulit yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Di zaman yang serba modern sekarang ini, orang-orang sudah bisa dengan mudah berinvestasi saham lewat aplikasi yang ada di smartphone. Fitur-fitur yang tersedia memudahkan investor dalam mempelajari pola dan kondisi pasar.

Selain itu, terdapat informasi seputar saham yang bisa membantu investor mengetahui kondisi pasar dengan cepat. Bahkan, bagi kamu yang baru mau memulai berinvestasi juga dimudahkan dengan adanya fitur academy untuk belajar investasi saham. 

Lalu, apa saja hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum berinvestasi? Yuk, baca penjelasan seputar panduan memulai investasi saham untuk pemula biar kita jadi sama-sama tahu!

Kenapa kita harus berinvestasi?

Pasti dari kita sudah banyak yang sering mendengar kata investasi. Apa sih sebenarnya investasi itu? Investasi merupakan suatu kegiatan menaruh sejumlah dana dengan harapan bahwa dana yang ditanamkan tersebut mampu menghasilkan keuntungan, bisa berupa uang dalam jumlah yang lebih besar atau berupa peningkatan nilai investasi pada satu waktu tertentu di kemudian hari.

By the way, beberapa hari yang lalu saya beruntung banget bisa ikutan kelas internal Blog M "Blogger Juga Bisa Investasi Saham" bareng Panji Pratama Rusli selaku Community Growth Stockbit. Kegiatan tersebut diselenggarakan atas kerja sama Stockbit dan Blogger Medan. 

Panduan Memulai Investasi Saham untuk Pemula

Panji menyampaikan bahwa pada intinya ada tiga alasan yang bikin kita merasa bahwa kita harus berinvestasi, yaitu inflasi, human cycle life, dan financial freedom. Kenapa tiga hal tersebut bisa mempengaruhi atau membuat kita harus berinvestasi? Nah, sebelumnya mari kita bahas mulai dari inflasi dulu. 

Saya masih ingat ketika saya duduk di bangku SMP yaitu sekitar tahun 2010, uang Rp. 10.000 bisa saya gunakan untuk membeli dua mangkuk bakso. Tapi, bila dibandingkan dengan sekarang, uang Rp. 10.000 hanya bisa digunakan untuk membeli satu mangkuk bakso saja. 

Masih ingat lagu "Abang tukang bakso?", lagu ini sangat terkenal di Era 90-an. "Satu mangkuk saja, dua ratus perak, yang banyak baksonya". Begitu kira-kira penggalan beberapa liriknya. Nah, lagu ini cukup menggambarkan nilai rupiah pada masa itu. Hanya dengan 200 perak, kita sudah bisa menikmati semangkok bakso. Coba bandingkan dengan masa sekarang, berapa kali lipat kenaikan harga yang harus kita keluarkan untuk semangkok bakso? Tentunya, harga tersebut sudah sangat jauh berbeda ya.

Kalau kita pakai bayangan nih, pada saat kita belanja bulanan di tahun 2012, mungkin untuk memenuhi keranjang belanja bulanan dalam satu keranjang penuh ini, kita hanya membutuhkan uang Rp. 150.000. Namun, mari kita coba lihat ketika 10 tahun kemudian? Sekarang untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup kita, dengan jumlah barang yang sama di dalam keranjang, itu membutuhkan uang dua kali lipatnya. Yang tadinya Rp. 150.000, sekarang kita harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 300.000. 

Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Semua terjadi karena inflasi. Jadi, ketika harga barang naik, nilai mata uang rupiah turun. Harganya naik secara gila-gilaan, lalu akhirnya untuk memenuhi kebutuhan yang biasanya kita hanya mengeluarkan uang hanya setengahnya, akhirnya sekarang kita harus mengeluarkan uang sebanyak Rp. 300.000.

Berangkat dari pengalaman beberapa orang yang bilang bahwa, "Kita sebenarnya engga perlu investasi-investasi banget karena intinya itu cari uang. Kan bisa sehabis bekerja di kantor, malamnya mengambil freelance gitu. Atau kita bisa bikin konten yang bisa menghasilkan uang dan lain sebagainya karena di zaman sekarang, kita sudah bisa menyalurkan tenaga kita agar kita bisa dibayar, selain konsepnya bekerja seperti itu." 

Pemahaman konsep seperti itu memang tidak salah. Nah, tapi ada satu hal yang sering kita lupakan nih. Selain adanya inflasi, harga barang yang naik tadi, walaupun pendapatan kita naik, tapi kita juga ada yang namanya human life cycle atau yang lebih dikenal dengan gaya hidup. Di mana saat misalkan kita umur 20 hingga 30-an, mungkin kita masih single, tinggalnya juga masih di rumah orang tua atau ngekos, pengeluaran kita juga engga banyak. Lalu, kita juga engga ada tanggungan orang lain karena mungkin kita belum berkeluarga. 

Awalnya mungkin kita masih ngerasa fine-fine saja. Seiring berjalannya waktu, menginjak usia 30, 40, atau 50-an, kita sudah mulai punya keluarga. Kemudian, kita di kantor akhirnya naik pangkat dan mengalami kenaikan gaji, tapi kita juga harus ingat bahwa kita sudah berkeluarga. Kita harus membiayai keluarga, mulai dari kebutuhan istri/suami hingga anak kita.

Belum lagi mungkin kita harus menghidupi orang tua kita yang sudah pensiun. Yang di mana uang kita sekarang akhirnya terbagi-bagi. Walaupun pendapatan banyak, tapi ternyata pengeluarannya juga banyak dan tabungannya malah jadi sedikit. 

Lalu, engga terasa akhirnya sampailah kita di masa pensiun. Kita mendapatkan dana pensiun, mungkin sekitar 1 miliar, 2 miliar, atau tergantung dari tabungan pensiun selama kita masih bekerja. Tapi, yang jadi pertanyaan bahwa ketika isi tabungan itu mencapai angka 1 miliar di tahun ini, apakah nilainya akan sama seperti saat kita sudah pensiun nanti? Uang 1 miliar pada 10, 20, atau 30 tahun kedepannya ini pasti nilainya sudah sangat jauh berbeda. 

Mungkin tadinya kita mikir di tahun ini akan menabung dengan target 1 miliar untuk pensiun dengan harapan bahwa tabungan tersebut akan menghidupi kita hingga akhir hayat. Tapi ternyata 1 miliar itu tidak sebanding dengan nilai rupiah setelah pensiun dan tidak sesuai perhitungan saat kita masih bekerja. 

Hal inilah yang memunculkan dilema-dilema di kehidupan keluarga Indonesia. Bukan hanya di Indonesia saja, tapi juga di luar negeri. Pada akhirnya banyak dari orang-orang yang pensiunan malah kehabisan uang dan bahkan mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena harga kebutuhan yang mengalami kenaikan, tidak seperti pada saat kita masih muda dulu. Hingga pada akhirnya, anak kita yang masih mapan atau berpenghasilan harus menghidupi orang tua dan juga anaknya. 

Ada sebuah istilah yang saat ini sedang familiar di kalangan generasi yang tinggal di Jakarta Selatan atau di luar negeri yakni 'generasi sandwich'. Generasi sandwich ini adalah istilah yang menggambarkan keadaan finansial seseorang yang sedang terjepit untuk menanggung kebutuhan hidup tiga generasi yaitu orang tua atau keluarganya, diri sendiri, dan anaknya.

Sebenarnya, hal ini adalah gambaran yang kurang baik. Namun, jika kita berkaca lagi, kita akan melihat bahwa memang seperti inilah gambaran dilema orang-orang yang tidak berinvestasi. Yang akhirnya memunculkan sebuah pertanyaan penting, "Financial freedom kita tuh kapan?". 

Nah, makanya walaupun kita bekerja gila-gilaan ketika kita masih muda, kita juga harus bisa berinvestasi. Investasi ini jadi solusi untuk membantu uang kita bekerja untuk kita. 

If you dont find a way to make money while you sleep, you will work until you die-Warren Buffett

Warren Buffett yaitu Bapak Saham Dunia, dia adalah salah satu orang terkaya di dunia mengatakan bahwa kita harus cari cara membuat uang itu bekerja untuk tidur karena kalau tidak kita akan bekerja terus sampai kita meninggal. Dan inilah dilema-dilema yang tidak orang lain rasakan pada saat masih muda karena pendapatannya yang besar. 

Nah, makanya solusi untuk kita bisa melawan inflasi tadi, agar tabungan pensiunan kita bisa terjamin dan kita bisa mencapai financial freedom, solusinya adalah investasi. 

Ada banyak jenis investasi, diantaranya yaitu reksadana, deposito, obligasi, properti, emas, saham, dan lain sebagainya. Nah, fokus kali ini saya akan jelasin tentang saham.

Apa itu saham?

Saham artinya itu bukti kepemilikan nilai pada suatu perusahaan. Di mana misalkan kalau saya beli saham Telkom, dengan nilai sekian, berarti saya memiliki sekian persen dari perusahaan Telkom dan itu resmi. Tapi, kalau misalkan resmi berarti bentuknya harusnya ada dong. Harusnya seperti apa bentuk yang ada pada kita? 

Nah, inilah cara bagaimana berinvestasi di saham itu bekerja. Kita anggaplah ada tiga sisi untuk semuanya, di mana kita sebagai investor, lalu ada sekuritas seperti Stockbit yaitu toko dan IDX atau BEI (Bursa Efek Indonesia) itu sebagai mall. Di mana pada saat kita ingin belanja ke suatu mall atau BEI ini, pasti kita cari toko dulu kan.

Lalu, kita cari toko dulu mau yang mana, kita cari tokonya Stockbit misalkan. Nah, pada saat kita masuk ke toko Stockbit, kita mau beli saham apa? Misalnya mau beli saham Telkom, BCA, Unilever, BRI, BNI, Bank Mandiri, atau saham di perusahaan lainnya. Nah, analoginya pada saat kita beli saham itu seperti kita belanja ke mall. Sekuritas di Indonesia itu sudah banyak, ada sekitar 93 tapi bedanya adalah semua sekuritas itu menjual saham yang sama. 

Nah, saham yang sama itu yang ada di IDX. Yang membedakan apa? fitur, fee broker, dan lain-lain. Jadi sebenarnya sama saja produknya. Lalu, kalau keamanan dan legalitasnya bagaimana? Tentunya, untuk sahamnya dan juga sekuritasnya itu terdaftar dan diawasi oleh OJK dan IDX. Dana dan sahamnya itu disimpannya di rekening RDN atau rekening dana nasabah dan KSEI. 

Jadi, kalau zaman dulu kalau kita beli saham itu kita dikasihnya dalam bentuk sertifikat. Mungkin kalau misalnya dilihat di media sosial ada yang punya sertifikat Telkom dari tahun lampau banget, nah kalau zaman dulu wujudnya seperti itu. 

Tapi kalau sekarang, karena ingin mempermudah mobilitas jual beli saham di Indonesia, akhirnya kepemilikan kita itu dicatatnya di KSEI dan juga tercatat di perusahaan. Jadi, kalau misalkan kita mau beli saham Telkom, kita bertanya ke orang Telkom, data kita itu tercatat bahwa kita punya sahamnya Telkom sekian persen. Kira-kira seperti itu contohnya. 

Lalu, jam jual dan belinya itu di jam berapa saja? Apakah ada jam tutupnya? Tentunya ada. Untuk hari kerjanya itu di senin-jumat, pukul 8.45 sampai dengan 15.00 WIB. Namun, sebenarnya jam aktualnya itu pada pukul 9.00-11.00 WIB atau 11.30 WIB, lalu istirahat dulu di sesi 1. Kemudian, mulai lagi di jam 13.00 WIB atau 13.30 WIB sampai jam 15.00 WIB. Jadi, selama di jam itu kita bisa jual beli saham. Mall-nya itu buka, tapi setelah lewat jam tersebut, mereka tutup. Jadi, kalau misalnya kita mau beli saham di jam 4 sore  atau jam 5 sore itu ditolak. Nah, nanti kalau mau pesan lagi di hari kerja berikutnya di jam yang sudah ditentukan.

Mengenai biaya transaksi juga tidak mahal. Di Stokbit, feenya itu hanya 0,01% di beli dan 0,2% untuk fee jual dari transaksi kita. Jadi, kalau misalnya kita beli sahamnya sejuta, fee belinya hanya 1000. Tentu ini masih terbilang sangat kecil dan untuk beli sahamnya, minimal 1 lot atau 100 lembar. 

Jika dilihat, 100 lembar itu angkanya kelihatan besar, tapi sebenarnya 100 lembar itu tidak terbilang besar karena harga saham di Indonesia itu perlembarnya kecil-kecil. Seperti harga BRI yang cuma 4000-an. Harga BCA hanya 8000-an. Tidak ada yang sampai sejuta. Jadi, kalau untuk orang yang bekerja dengan gaji yang di bawah UMR atau anak kuliah sekalipun kalau rajin menabung, mestinya juga bisa beli saham. Seperti itu kira-kira gambarannya. 

Lalu, kalau beli saham apakah kalau misalkan kita mau beli barangnya itu bisa dibeli secara langsung? Tidak bisa. Kita tidak bisa beli secara serta-merta ke perusahaannya langsung. Jadi, bentuknya itu ada pembeli dan ada penjual. Ada yang namanya bit. Bit ini adalah harga yang diinginkan pembeli. Pembeli itu adalah orang yang mau berinvestasi. 

Lalu, ada namanya ask atau harga yang ditawarkan penjual. Nah, maksudnya apa sih ada bit dan ask? Jadi, harga saham itu memang naik turun. Tapi, kita bisa nawar. Kita bisa nawar kalau misalkan sahamnya itu menurut kita terlalu mahal. Misalnya, saya beli ikan di pasar, satu kilonya Rp. 30.000 dan kita merasa bahwa harga tersebut terlalu mahal. Sehingga membuat kita ingin menawar harganya. Pada saat itu, muncullah harga-harga penawaran di bit.

Cara Beli Saham

Cara belinya gimana? Bentuknya mirip seperti pelelangan. Pada saat kita lihat ada yang menjual di harga 9.000. Misalnya nanti ada yang nawar di harga 8.700 sebanyak 1000 lot. Siapa yang mau ambil? Nanti bakal ada investor-investor yang ngantri. Ketika kita mau beli, kita bisa taruh di harga 8500 atau di harga yang sama. Anggapannya itu kita seperti mengantri dan kita akan mendapatkan sahamnya sesuai dengan antrian. 

Nah, sama juga psikologinya dengan si pembeli. kalau saya yang nawarin duluan, si penjualnmya ngeliatnya di bit. Kamu mau engga jual cepat sesuai dengan harga tawaran? Gambarannya seperti itu. Logikanya sama seperti kita mau jual beli barang saja. 

Ketika saya mau barang sekian di harga sekian dengan jumlah sekian dan mau jual sekian dengan harga sekian. Match engga nih pesanannya? Lalu, kalau misalnya harganya sama, antriannya banyak engga di belakang? Kalau misalnya antriannya banyak, berarti nanti kita akan dapat sahamnya sesuai jumlah antrian dan lot.

Kalau di saham itu ada engga sih resiko dan keuntungan? Tentunya ada karena di saham itu kan terkenal dengan namanya high risk, high return. 

Keuntungan dan Kerugian Saham

Potential gain (Potensial Keuntungan)

Potensial keuntungannya ada 2, yaitu:

1. Capital Gain, hal ini terjadi bila harga jual lebih besar dari harga beli. Seperti keuntungan jual-beli saja.

2. Dividend, pembagian keuntungan perusahaan kepada investor. Jadi, kalau misalnya saya beli saham Telkom dengan jumlah lotnya sebanyak sekian, lalu tiba-tiba Telkom mengumumkan bahwa mereka ingin membagikan dividen kepada para investor dengan nominal misalnya Rp. 200 per lembar. Lalu, kebetulan saya punya 1000 lot. Hal itulah yang disebut dengan dividen. Jadi, kita tidak perlu jual saham, tapi malah kita yang dikasih uang oleh perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena kita juga bagian dari pemilik perusahaan. Kita membagi resiko yang sama dengan si penjalan perusahaan.

Potential Risk (Potensial Resiko)

Apa saja potensial resiko yang bisa terjadi? berikut potensial resikonya:

1. Capital Loss, terjadi bila harga jual kita di bawah harga beli. 

2. Company bankruptcy, Suspension & Delisting, ketiga ini sebenarnya resiko yang paling berbahaya untuk para investor karena tiga hal ini bisa membuat uang kita hilang begitu saja. Penyebabnya karena company itu bangkrut yang akhirnya membuat modal hilang dan modal pada saat kita beli saham itu ikut hilang. Lalu, kenapa bisa hilang? Hal ini terjadi karena kita membagi resiko yang sama dengan pihak yang menjalankan perusahaan. Ketika kita memutuskan untuk membeli saham, artinya kita juga menjadi pemilik perusahaan. Sehingga, resiko yang diterima juga besar, tapi keuntungan yang diperoleh juga besar. Inilah yang disebut dengan high risk, high return. 

Mungkin ada beberapa problematika investor pada saat investor itu akan menjalankan investing di saham. Apa saja sih yang mereka rasakan? Biasanya karena resiko yang tinggi, takut rugi lalu akhirnya Fomo, atau mungkin karena kebanyakan mendengar saham-saham rekomendasi di instagram yang membuat orang terjerumus. 

Beli saham tapi malah rugi? Kenapa hal itu bisa terjadi? Bisa jadi karena kita tidak pakai analisa. Kita asal dengerin kata-kata orang yang bilang, "Saham A bagus nih." Padahal juga belum tentu analisa dia bagus ataupun karena ada tujuan lain. Siapa tahu memang ada tujuan yang kurang baik. Makanya kalau di saham itu kita tidak boleh fomo. Untuk itu, kita harus belajar menganalisa terlebih dahulu.

Cara analisa saham

1. Fundamental, untuk jangka panjang.

2. Teknikal, untuk jangka pendek

Daftar RDN susah?

Kalau zaman dulu memang benar, daftar RDN itu susah banget. Tapi sekarang kalau daftar di Stockbit daftarnya semudah Bibit atau semudah buka sosial media. Engga nyampe 1 hari, proses RDN kita sudah bisa di-approve, kita sudah bisa punya akun. Bahkan, pengalaman dari beberapa teman saya hanya membutuhkan waktu satu jam untuk membuat akun Stockbit. Wah, secepat itu ternyata ya. Keren banget!

Aplikasi Stockbit ribet?

Tenang saja, di Stockbit walaupun banyak fitur, tapi tentunya mudah banget digunakan untuk para investor maupun trader. Hal ini tentunya juga berlaku untuk pemula.

Modal yang gede?

Problematika investor itu katanya untuk investasi di saham minimal nominalnya gede. Tidak juga kok, karena sekarang ada banyak saham yang bagus tapi harganya itu masih affordable untuk kantong kita. Saham yang mahal itu ada, tapi saham yang affordable juga banyak. Jadi, tenang saja! Kamu tetap bisa berinvestasi dengan nominal yang kecil sekalipun. 

Investor atau Trader?

Apakah sebenarnya kamu investor atau trader? Untuk menentukan apakah kamu cocok menjadi investor atau trader, kamu harus menentukan dulu tujuan kamu dalam berinvestasi. Kita itu berinvestasi harus punya tujuan. Untuk investasi saham, tujuannya mau jangka kapan? Mau jangka panjang atau pendek? 

Jadi, kalau jangka panjang, take profit-nya atau mencari keuntungannya nanti kita jualnya lama. Bisa 10 atau 20 tahun lagi. Sedangkan, kalau jangka pendek, bisa saja kita beli sekarang dan jual sekarang. Atau bisa kita beli sekarang dan jualnya besok. Jangkanya pendek. Dalam waktu yang cepat, kita bisa take profit.

Kenapa bisa seperti itu? Penjelasannya seperti ini. Jam bursa itu kan adanya di jam kerja. Apakah kamu orang sibuk atau ngantor di jam kerja? Kalau misalnya sibuk berarti kamu engga bisa ambil yang jangka pendek tapi kamu harus ambil yang jangka panjang. Makanya untuk prinsip-prinsip itu sekarang ada yang namanya jangka panjang dan jangka pendek, investor atau trader.

Investor itu jangka waktunya sangat panjang, bisa sampai waktu yang lama seperti untuk warisan. Saham dipakai untuk warisan, emang bisa? Bisa banget! Tujuannya yaitu selain untuk capital gain, bisa juga untuk cari dividen. Jadi, kita ingin maksimalkan potential gain-nya tadi. Nah, orang-orang yang sibuk kerja, profitnya tadi bisa untuk capital gain dan dividen. Adapun untuk cara analisanya (dalam hal prinsipnya) itu juga gampang. 

Panduan Memulai Investasi Saham untuk Pemula

Misalnya kita lihat pada gambar di atas, gambarnya seperti piramida. Kita bisa melihatnya itu dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas. Jadi dari makro-ekonomi dulu, industri analisis, lalu financial reports. Kenapa financial reports? Karena kita pada saat investasi di perusahaan, kita sebagai investor yang kita lihat itu adalah kinerja dari perusahaan dan juga bagaimana perusahaan itu berkembang kedepannya. Tapi kan kita tidak ada di dalam perusahaan tersebut, jadi kita tidak tahu mengenai tujuan perusahaan itu apa, atau ada rencana apa, dan mereka akan melakukan apa. Tujuan yang sebenar-benarnya itu kita tidak tahu.

Makanya kita bisa melihat behavior mereka atau kebiasaan mereka itu dari laporan keuangannya. Misalnya makro-ekonomi pasarnya itu seperti projek IKN yang sekarang ini sudah resmi, tapi lagi mau jalan dan lagi dipilihin perusahaan-perusahaan mana yang dipakai untuk membangun IKN. 

Berarti kita sudah tahu bahwa setahun atau dua tahun kedepan proyek IKN ini akan jalan, berarti akan banyak perusahaan-perusahaan konstruksi atau pembangunan yang akan mendapatkan proyek untuk menyelesaikan IKN. Tentunya, kita sudah tahu bahwa yang IKN butuhkan adalah perusahaan pembangunan. Lalu, perusahaan apa saja yang kira-kira digunakan?  Ada beberapa perusahaan yang kita lihat bisa dijadikan pertimbangan. Misalnya WIKA, WASKITA, Adhi Karya, dan perusahaan-perusahaan lainnya yang sudah terdaftar di BEI. 

Lalu, kita pilih sahamnya yang tepat dengan melihat financial reports mereka. Perhatikan apakah mereka untung, utang mereka seberapa banyak, aset mereka seberapa banyak, tiap tahun apakah profitnya naik, apakah utangnya juga naik, dan asetnya bagaimana? Lalu, kita lihat juga kinerja perusahaan-perusahaan itu, bagus apa engga sebenarnya? Perilakunya biasanya kayak gimana sih? Semua itu kelihatan dari financial reports. 

Nah, itu kalau investor. Tapi, kalau misalnya kita orangnya punya rasa penasaran yang tinggi. Dikit-dikit pantau saham, kita itu sebenarnya lebih cocok ke trader. Trader ini lebih cocok ke jangka pendek. Dikit-dikit melihat saham, ijo sedikit langsung dijual. Nah, itu lebih cocok ke trader. Tapi kalau trader, tujuannya itu cuma cari capital gainnya saja dari kenaikan harga saham.

Tipe-tipe Trader 

Trader punya dua tipe. Ada teknikal analisis dan bandarmologi. Kalau bandarmologi lebih simpel tapi harus jeli dan harus lebih sering memantau pasar karena dia harus melihat pola transaksi sekuritas atau broker tertentu yang pakai uangnya itu besar banget. Jadi, bisa untuk menaikkan marke yang bisa memborong barang sekaligus.

Nah, kalau teknikal analisis, itu lebih berbeda lagi. Dia itu mencari tren market dari perusahaan tersebut. Kalau dianalogikan misalnya seperti baju dengan brand Supreme. Itukan harganya sangat mahal karena trennya yang gila-gilaan. Nah, saham itu mirip seperti itu. Trennya itu dari kebiasaan orang pada saat beli dan jual. Jadi, dia melihat trennya dari grafik. 

Misalnya, sekarang ini trennya kelihatan lagi rame nih saham A. Akhirnya dia beli naik dan akhirnya dia jual lagi. Makanya kalau teknikal analisis, mungkin kalau untuk indikatornya itu lebih banyak dibandingkan fundamental. Sehingga, ada moving everage, harus nentuin target prize, harus nentuin stop loss atau cut loss, dan masih banyak lagi. Ada fibonacci, astronacci, dan lain sebagainya. Tapi ini sangat cocok untuk orang-orang yang suka pantau saham. 

Nah, setelah kita sudah tahu apakah kita mau jadi investor atau trader, kita beli sahamnya harus lewat sekuritas karena untuk beli sahamnya itu harus lewat toko. Kita tidak bisa beli sahamnya ke perusahaannya langsung. Makanya investasi saham ini ke BEI, di mana semua orang ataupun masyarakat biasa bisa beli sahamnya dan kita beli sahamnya pakai aplikasi sekuritas. 

Nah, aplikasi yang bisa digunakan yaitu Stockbit. Stockbit aplikasinya itu lebih tajam, designnya modern dan fiturnya lengkap, biaya komisi rendah (cuma 0,10%), dan tentunya bukan aplikasi bodong karena sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK. 

Kenapa pakai Stockbit? karena fitur tradingnya itu gampang banget. Jadi, kalau di Stockbit ini untuk beli saham engga perlu cari menu beli saham, kita harus masukin kode saham. Itu tidak perlu karena kita bisa trading kapanpun dan di manapun.

Cara beli saham di Stockbit

1. Swipe buy ke saham yang ingin dibeli

2. Atur jumlah lot saham yang ingin dibeli, lalu klik Buy

3. Jika kamu yakin dengan saham yang ingin kamu beli, klik confirm

4. Order saham kamu telah diterima. Cek status orderan kamu secara berkala di tab order

Simpelnya itu, cara beli saham di Stockbit, kita pilih saham di watchlist. Kita cukup ke kanan saja, kita masukkan harga penawaran yang mau kita tawarkan, jumlah lotnya berapa. Lalu, nanti keluar preview order kita. Tinggal di-approve. Sudah deh, orderan kita sudah masuk. Nah, nanti kalau orderan kita masuk nanti tulisannya pertama kali adalah open yang artinya kita masih dalam antrian.

Status Orderan dalam Tab Order (Trading)

Ada beberapa status orderan dalam Tab Order (Trading), diantaranya:

1. Partial

Posisi di mana saham kita terbeli/terjual sebagian. Misalnya kita ingin 1000 lot tapi kita dapatnya cuma 500 lot. 

2. Withdrawn

Posisi antrian jual/beli dibatalkan

3. Rejected

Posisi di mana antrian jual/beli kita ditolak oleh sistem. Bisa karena salah harga, atau bisa karena kekurangan dana. Misalnya, kita melakukan pemesanan, tapi di luar jam kerja perusahaan. Sehingga otomatis ditolak oleh sistem.

4. Open

Posisi di mana antrian jual/beli sudah dikirim ke sistem dan sedang dalam proses antri

5. Match

Posisi di mana antrian jual/beli sudah diproses dan terjadi penjualan/pembelian yang bisa dilihat langsung di dalam portofolio. 

6. Amended

Posisi di mana antrian jual/beli diubah atau diperbaharui baik dari sisi harga ataupun sisi jumlah lot untuk diganti dengan order yang baru. Misalnya, awalnya penawarannya 3000 tapi di sini saya penawarannya di 3500 karena harganya naik tinggi. Saya tidak mungkin menawarnya di 3000 lagi. Nah, nanti statusnya bakalan amended.

Selain kita beli saham di Stockbit, kita juga bisa beli saham e-IPO di Stockbit. Belakangan ini orang-orang lagi ramai memperbincangkan tentang Go-To, BIKE, dan kedepannya pasti bakalan lebih banyak lagi saham-saham e-IPO lain yang lebih menarik untuk diperbincangkan. Kalau kita mau beli saham e-IPO itu bisa di Stockbit. 


Cara Beli Saham e-IPO di Stockbit

Caranya mudah, kamu bisa ikuti langkah-langkah di bawah ini:

1. Klik menu bar e-IPO

2. Klik saham IPO yang kamu tuju

3. Klik pesan

4. Isi jumlah lot dan taksiran harga per lembar saham yang mau dipesan

5. Cek kembali pesananmu, lalu klik konfirmasi

6. Pesananmu berhasil terkirim!


Faktor Penting yang Harus Diketahui Investor dan Trader

Sebenarnya ada banyak faktor penting yang harus diketahui oleh para investor dan trader. Namun, pada intinya ada tiga faktor penting yang wajib kamu ketahui untuk menjadi investor dan trader, yaitu berita, edukasi dan komunitas karena harga saham itu sensitif banget. Banyak sekali sentimental-sentimental yang mempengaruhi harga saham. 

Kalau misalnya kita ingin tahu, kenapa sih harga saham itu naik turunnya cepat banget? Seperdetik sekali bisa naik turun. Alasannya karena pesimistis atau optimistis pasar terhadap pasar tersebut.

Pesimistis dan optimistis pasar ini bisa dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, kinerja perusahaan, atau masalah yang perusahaan yang sedang alami. Ternyata, mungkin karena perusahaannya kurang berkembang akhirnya investor jadi malas untuk investasi di perusahaan yang kurang berkembang karena harga sahamnya bakal stagnan dan dividennya bakalan segitu-segitu saja dan akhirnya pasar bisa pesimistis juga. 

Oleh karena itu, cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi resiko tadi yaitu dengan memilih saham yang tepat untuk kita dan 3 faktor pentingnyanya yaitu: 

1. Berita

Fitur berita ini bisa kamu temukan di aplikasi Stockbit. Di aplikasi Stockbit ini selalu disediakan berita harian khusus untuk pasar saham yang di mana kondisi dan keadaan di pasar saham akan dikirimkan lewat informasi ke email kamu setiap harinya, khususnya untuk Stockbitor atau para pengguna Stockbit. 

Jangan khawatir jika kamu belum punya aplikasi Stockbit karena jika kamu ingin memperoleh beritanya, kamu bisa kunjungi website Stockbit.

2. Edukasi

Stockbit juga menyediakan edukasi untuk para pengguna Stockbit. Jika kamu masih ingin mempelajari lebih lanjut, kamu bisa belajar lewat fitur Stockbit Academy. Di sana kamu bisa belajar investasi saham dari nol dan gratis. Materinya berkualitas yang dibuat oleh tim Stockbitnya sendiri. Bahasa yang digunakan juga simpel dan mudah dipahami. 

Fiturnya itu disajikan dalam bentuk modul yang terstruktur. Ada dua format yang disajikan yaitu dalam format video dan tulisan. Kalau kamu lagi malas baca, kamu bisa belajar lewat ilustrasi lewat video. Kamu jadi lebih mudah mengerti juga. Atau ketika kamu lagi di keramaian dan ingin di situasi tenang, kamu bisa baca dengan format tulisan. Pastinya, nyaman banget dipelajari untuk semua jenis pengguna.

3. Komunitas

Kenapa komunitas itu penting? Terkadang, walaupun kita belajar sebagaimana pun juga, pasar saham ini akan selalu berubah. Untuk itu, kita butuh pengalaman-pengalaman dari investor ataupun trader yang berpengalaman juga dalam menghadapi situasi-situasi, misalnya seperti pada masa pandemi Covid-19.

Ada banyak orang yang mengalami penurunan secara amblas. Oleh karena itu, kita membutuhkan masukan dan ilmu dari orang-orang yang sudah berpengalaman. Bisa saja belajar dari orang yang sudah berkecimpung sebelumnya di tahun 1998, hingga tahun 2008. Untuk itu, Stockbit hadir dengan fitur sosial media dengan nama Stockbit Stream. Melalui fitur ini, Stockbitor atau para investor yang menggunakan Stockbit bisa saling berbagi ilmu seputar saham secara gratis yang dapat diakses oleh stockbitor maupun semua orang.

Fitur-fitur Stockbit Pro

Tentunya, ada banyak fitur Stockbit yang bisa digunakan untuk mencari saham atau melihat kondisi pasar. Ada dua jenis analisa yaitu analisa technical dan fundamental. Kalau kamu masih bingung untuk menganalisisnya, kamu bisa mengandalkan fitur-fitur yang ada pada Stockbit.

Misalnya, untuk melihat saham A apakah lagi diakumulasi Bandarmology atau tidak. Bukan hanya itu saja, ada juga Foreign Flow, kita bisa melihat nih asing itu jual atau beli sahamnya. Selain itu, kita juga bisa melihat Chartbit yang di mana kita bisa menganalisa grafik lewat fitur indikator-indikator yang lengkap terutama bagi para technical atau trader.

Ada juga yang namanya Scranner, misalnya kita engga mau repot-repot cari saham satu per satu dari 700 saham. Jika kita mau cari saham yang murah, maka kita bisa masukkan, misalnya "TDV rendah", maka saham-saham yang TDV-nya rendah akan muncul semua di Stockbit. Jadi kita tinggal pilih saja saham seperti apa yang kita inginkan.

Selain itu, ada juga Fundachart, nah untuk para investor enak banget nih. Kita bisa melihat bagus atau tidaknya pembayaran dividen setiap tahunnya dari suatu perusahaan. Kalau kita melihatnya naik, maka kita bisa tahu bahwa ternyata dividennya tiap tahun naik. Nah, kita bisa pakai Fundachart.

Lalu, ada Seasonality Chart, ini untuk yang biasa melihat sahamnya naik di akhir tahun, terutama pada saham yang naiknya pada waktu-waktu tertentu saja, misalnya pada saat bulan Ramadan.

Selanjutnya, ada Consensus, di sini kita bisa melihat target analis mulai dari yang tertinggi, rata-ratanya, hingga yang terendah secara periodic. Ketika kita mau lihat laporan keuangan, maka sudah disediakan juga. Bahkan, sudah dirangkum di Financial Stockbit. Jadi, kita engga perlu capek-capek baca laporan keuangan yang tebal banget. Kita tinggal lihat sahamnya saja, lalu klik fitur financial, dan kita sudah bisa lihat jumlah keuntungan serta kerugiannya.

Ada juga fitur keystats yang bisa digunakan untuk para investor. Jadi, engga perlu lagi menghitung indikatornya secara manual satu-persatu karena semuanya sudah disediakan di Stockbit dan semuanya sudah dihitung oleh Stockbit.

Terakhir, ada fitur Comparison yang digunakan ketika kita ingin melihat saham dengan sektor, mau melihat saham dengan sektor yang sama, ataupun ketika kita ingin membandingkannya.

Semua itu bisa kamu dapatkan di Stockbit Pro yang berbayar untuk yang bukan pengguna Stockbit sekuritas. Misalnya kita daftar Stockbit Sekuritas, maka kita akan mendapatkan fitur ini secara gratis dan semua fiturnya bisa kita gunakan. 

Lalu, setelah kita belajar di Stockbit Academy, kita hanya tinggal praktekkan saja menggunakan fitur-fitur Stockbit Pro dan itu gratis serta kita bisa langsung investasinya di Stockbit juga. Jadi lebih gampang. Oleh karena itu, kalau kita mau investasi saham di Stockbit aja! Kalau kamu pengen mendapatkan berita dan informasi terbaru seputar saham, kamu bisa follow sosial media Stockbit di stockbitofficial.

Wah, Stockbit keren banget ya. Fitur-fiturnya juga lengkap dan pastinya mudah banget digunakan, terutama untuk pemula. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk download aplikasinya sekarang juga!


Penulis: Tri Ayu Andani Nasution




















Tri Ayu @triayunst
Tri Ayu @triayunst Hello, I am writer of the Pojokata site. My name is Tri Ayu (Instagram @triayunst). I am a writer who has produced 6 books such as scholarship books, poetry, and novels. I am also an SEO Writer who has experience in displaying dozens of articles on the main page of the Google search engine. I love photography, videography, product reviews, beauty & lifestyle, cooking, finance, technology, etc. I am also an Content Creator and Blogger with experience in creating content. You can collaborate with me by contacting my Instagram or email triayunst.id@gmail.com. Come on, build partnership and let's be friends with me!

13 komentar untuk "Panduan Memulai Investasi Saham untuk Pemula"

  1. Alhamdulillah dapat wawasan dan ilmu baru dari artikel ini Gan, jadi tahu lebih dalam soal saham dan investasi.

    Mungkin Teddy juga perlu memikirkan Investasi agar dapat menjamin finansial ke depannya.

    Terima Kasih Gan.

    BalasHapus
  2. Wahhh asliii informasinya lengkap banget kak. Aku sendiri blm tahu banyak nih soal saham jadi di atas itu banyak banget yang bisa kuambil sebagai catatan

    BalasHapus
  3. Aku jg mulai inves saham nih mas. Awal2 smpt turun, tp lama2 jd naik gitu. Semoga makin byk platform investasi saham untuk pemula spt stockbit dll.

    BalasHapus
  4. jujur aku baru sadar pentingnya investasi 2 tahun belakangan hehe
    makin ke sini makin sedikit paham dan jadi makin semangat juga investasinya 😁

    BalasHapus
  5. Selama ini cuma tahu kalau saham naik dijual tapi kalau turun beli. Masih banyak juga hal yang belum aku paham, izin bookmark ya kak.. terima kasih sudah sharing.. 😉

    BalasHapus
  6. Bagian tersulit dari investasi saham adalah belajar membaca peluang yang ada..
    Aktif dan sering melihat berita terbaru memang harus sering dilakukan. Stockbit mengerti itu, diberikan fitur berita. emang keren

    BalasHapus
  7. wah kebetulan saya juga masih pemula di bidang investasi saham, jadi makin pengen tahu banyak soal investasi ini, penasaran sama aplikasi Stockbit ini jadinya

    BalasHapus
  8. Untuk investasi saham atau sifatnya online belum berani sih investasi gitu. Kepikirannya yang nyata aja..buat kontrakan atau gimana gitu..hehheeh

    BalasHapus
  9. Informasinya lengkap banget, jadi lebih paham tentang dunia investasi

    BalasHapus
  10. Herijo said:
    Alhamdulillah saya punya saham di go-to walaupun masih sedikit. Dan tulisan ini sangat berharga untuk bisa menjalankannya nanti dengan Stockbit. Makasih.

    BalasHapus
  11. saya juga masih ingin mendalami yang namanya investasi ini, inflasi, human life cycle dan financial freedom, benar emang kayaknya 3 hal itu yang menjadi banyaknya orang berinvestasi

    BalasHapus
  12. Tulisannya lengkap banget. Saya masih ragu investasi saham. Masih takut dengan risikonya hehe

    BalasHapus
  13. Informasinya sangat singkat dan jelas, Terima kasih kak, bagi pemula sangat perlu banget ini. Peta bisnis ya . eh peta pembelajaran investasi ding

    BalasHapus